• > Corporate | Thought Leadership
  • EDISI 50

    Juni 2023

PAK PANDJI DJAJANEGARA
Menikmati Work-life Balance dengan Pop Culture


Baginya koleksi rilisan fisik menyimpan nilai yang melampaui ukuran material, membuat hidup lebih selaras.

“SAYA TIDAK PERNAH BINGUNG harus ngapain meski ditinggal sendirian. Yang penting ada film, musik, dan buku,” tutur Bapak Pandji P. Djajanegara, Direktur Syariah Banking CIMB Niaga, saat ditemui PORTRAIT di ruang kerjanya.

Bukan, Pak Pandji bukan suka nonton film di ruang kerjanya. Menikmati koleksi produk budaya pop miliknya merupakan aktivitas favorit Pak Pandji kala menepi dari urusan pekerjaan. Baginya, itu adalah bentuk ‘pelarian’ dari rutinitas untuk memelihara keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan personal. “Work-life balance berarti banget buat saya,” sambungnya, “untuk relaksasi sekaligus me-recharge energi.”

Dan ternyata, hobi mengumpulkan rilisan film, musik, dan buku telah melebarkan sudut pandangnya untuk mengapresiasi detail-detail kecil dalam keseharian. Seperti yang dipaparkan dalam perbincangan berikut ini.


Thought Leadership | PAK PANDJI DJAJANEGARA
FOTO: Dhani Indrianto
Thought Leadership | PAK PANDJI DJAJANEGARA
FOTO: Dhani Indrianto
Kami pernah melihat ‘library’ di rumah Pak Pandji, berisi koleksi film, musik, dan buku. Bisa ceritakan soal itu, Pak?
Selain memang suka mendengarkan musik, nonton film, dan membaca buku fiksi dan non-fiksi, saya juga mengoleksinya. Mulai dari kaset, CD, vinyl (piringan hitam), DVD, VCD, bermacam buku, termasuk komik DC dan Marvel. Keluaran tahun lawas, seperti 1950-an, sampai yang masa kini ada. Jumlahnya sudah tidak pernah saya hitung lagi, karena DVD saja mungkin sudah 10 ribuan judul, sementara buku sudah di atas 5.000.

Wow! Sudah berapa lama mengoleksinya?
Sejak dekade 1980-an saya sudah mengumpulkan kaset. Waktu itu saya masih SMP. Suka saja mendengarkan musik, walau tidak sampai nge-band. Lagu-lagu Indonesia pada masa itu banyak yang saya suka, seperti karya-karya Guruh Soekarno Putra dan Jockie Suryoprayogo. Tapi pada dasarnya nyaris semua genre musik saya dengarkan, seperti diskonya Pet Shop Boys dan techno-nya Rasmus Faber. Musik-musik ’60-an dan lo-fi yang kekinian juga saya dengarkan, kecuali musik metal, ha ha ha.

Dengar-dengar, Bapak penggemar film perang. Apa yang paling menarik dari jenis film tersebut?
Iya, soalnya film perang itu sinematografinya bagus-bagus. Antara lain yang paling saya suka adalah Apocalypse Now. Dan ingat adegan di film Dunkirk ketika pesawat Spitfire-nya kehabisan bahan bakar dan hanya melayang-layang di udara? Atau adegan kota yang terbakar habis di film 1917. Wah, itu bagus banget!

Kenapa Bapak mempertahankan rilisan-rilisan fisik tersebut, mengingat format digital sekarang sudah banyak dan mudah diakses via internet?
Mulanya dari sekadar suka, tapi lama-kelamaan benda-benda dari masa lalu terasa makin punya value tersendiri, terutama nilai historis. Menurut saya, kalau kita mampu menghargai masa lalu, kita akan lebih menghargai apa yang ada hari ini dan yang akan datang. Saya bisa menghargai apa yang sekarang rekan-rekan lakukan karena saya compare dengan zaman dulu.

Kira-kira perbandingannya seperti apa?
Zaman dulu tentunya belum secanggih sekarang, sehingga kita perlu effort lebih buat melakukan segala sesuatu. Tapi dengan segala kecanggihan di zaman sekarang apakah otomatis segalanya lebih mudah? Tidak juga. Sekarang persaingan lebih ketat. Sudah banyak macam-macam bank sebagai kompetitor. Kadang kita lupa kalau itu juga perlu diapresiasi.

Melihat ke masa lalu berarti juga melihat proses ya, Pak.
Betul. Dengan melihat ke belakang, kita jadi tidak menerima sesuatu as it is saja, tapi melihat bagaimana bisa menjadi as it is, menjadi seperti sekarang. Dalam keseharian, saya merasa itu membuat kita jadi lebih menghargai proses. Di pekerjaan sehari-hari, saya selalu bilang kepada teman-teman, “Kalau tidak berhasil, tidak masalah. Tidak semuanya bisa berhasil. Tapi, jangan sampai prosesnya tidak dilakukan.”

Apa pesan yang Bapak ingin bagikan spesial untuk #teamCIMBNiaga seputar work-life balance?
Untuk memiliki keseimbangan, penting  untuk menemukan passion kita di luar pekerjaan. Perusahaan menyediakan penyalurannya saja,  seperti di CIMB Niaga ada SHINE yang memfasilitasi berbagai passion, baik itu olahraga, seni, dan sebagainya, tapi itu tidak bisa dipaksakan, harus berasal dari diri sendiri. Kita harus mencarinya sendiri, apa pun itu yang penting positif.

Terakhir, sebagai penggemar sixties, Bapak condong ke The Beatles atau The Rolling Stones?
The Beatles, dong.


Well. Rekan-rekan apakah se-genre dengan Pak Pandji? Atau punya kecondongan lain di luar itu?

Contents

Juni 2023

EDISI
50

MODEL COVER(ki-ka):
DINDA KARTIKA GUSTI – Consumer Banking, IG @dindakartikagw; ANDRI SAEPUDIN – Digital Network Banking, IG @andrishae; SYDNEY AMANDA RAMANDITA – Marketing Communications, IG @sydneyramandita

BACK EDITION

2024

#66 - Oktober/24
#65 - September/24
#64 - Agustus/24
#63 - Juli/24
#62 - Juni/24
#61 - Mei/24
#60 - Apr/24
#59 - Mar/24
#58 - Feb/24
#57 - Jan/24
#56 - Des/23
#55 - Nov/23
#54 - Okt/23
#53 - Sep/23
#52 - Agu/23
#51 - Jul/23
#50 - Jun/23
#49 - Mei/23
#48 - Apr/23
#47 - Mar/23
#46 - Feb/23
#45 - Jan/23
#44 - Des/22
#43 - Nov/22
#42 - Okt/22
#41 - Sep/22
#40 - Agu/22
#39 - Jun/22
#38 - Mei/22
#37 - Apr/22
#36 - Mar/22
#35 - Feb/22
#34 - Jan/22
#33 - Des/21
#32 - Nov/21
#31 - Okt/21
#30 - Sep/21
#29 - Agu/21
#28 - Jul/21
#27 - Jun/21
#26 - Mei/21
#25 - Apr/21
#24 - Mar/21
#23 - Feb/21
#22 - Jan/21

PT Bank CIMB Niaga Tbk berizin & diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan serta merupakan peserta penjaminan LPS

Disclaimer: Website ini dibuat dan dikembangkan oleh pihak ketiga (5thAvenue), tidak terkait dengan IT CIMB NIAGA. Jika ada permasalahan dalam website ini, silahkan menghubungi 5thAvenue