Mengintip peluang dari perkembangan ChatGPT.
Sebenarnya teknologi baru juga berpeluang melahirkan profesi baru. Coba, deh, Rekan-rekan sedikit melihat ke belakang. Tren media sosial dan perkembangan teknologi digital contohnya, melahirkan pekerjaan content creator, digital marketer, vlogger, podcaster, dan sebagainya. Nah, perkembangan AI sendiri membuka lapangan kerja seperti bidang anotasi data, AI model training, dan tak ketinggalan bagian maintenance-nya. Beberapa terdengar asing? Seiring menanjaknya popularitas ChatGPT, pekerjaan-pekerjaan tersebut berpeluang makin akrab menyerap tenaga kerja. Sebagai pribadi, kita mesti proaktif mencari peluang baru di tengah perkembangan dunia yang sangat dinamis.

CIPTAKAN KEKHASAN.
Sesuatu yang khas dari karya kita bikin ‘konsumen’ enggan berpaling. Antara The Beatles dan Rolling Stones sebenarnya, arguably, punya kemiripan pada lagu-lagunya, terutama di era-era awal. Tapi masing-masing punya fanbase yang setia, bukan? Ada yang lebih menyukai harmonisasi Lennon-McCartney, sementara sebagian publik yang lain lebih memfavoritkan eksentriknya Mick Jagger. Dan eksplorasi yang mereka lakukan kemudian membedakan antara satu dengan yang lain.
Rasanya tidak salah jika mengatakan pada akhirnya karya The Beatles atau Rolling Stones bakal tetap lebih digemari dan lebih punya value, meski seandainya ChatGPT juga menciptakan lagu yang mirip seperti milik mereka.

Terbuka bagi keterampilan lain.
Berbekal berbagai keterampilan yang berbeda memungkinkan kita berpindah ke bidang lain yang lebih aman dari disrupsi ChatGPT. Keterampilan yang masuk kategori soft skill seperti kemampuan berbicara di depan umum, berpikir kritis dan strategis, serta kemampuan kolaborasi sekarang penting banget dan sulit digantikan oleh teknologi.