DENGAN SEMANGAT OPTIMISME, IMPIAN MEREKA TERWUJUD
FRANSISKA HADIWIDJANA, FOUNDER PRELO
Bermain
computer game semasa SD memicu rasa penasarannya pada dunia teknologi dan menuntunnya untuk mempelajari
coding dan
programming sementara teman-teman remajanya memilih berhura-hura. Ia bermimpi membuat
software yang bisa dimanfaatkan oleh orang banyak.
Semasa kuliah di jurusan Teknologi Informatika ITB Fransiska sering memenangi kompetisi
coding dan
programming. Ia juga menjadi wanita Indonesia pertama yang terpilih untuk mengikuti program tahunan Singularity University Graduate Studies Program 2012 (GSP12), di NASA Ames Research Park di Silicon Valley, California, AS.Mimpinya terwujud dengan kesuksesannya mendirikan Prelo, sebuah
start up yang berfokus pada penggunaan teknologi ramah lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Ia juga menjadi
cofounder AugMI labs, sebuah
start up biomedis di Silicon Valley. Dan baru-baru ini ia terpilih menjadi salah satu dari 10 Wanita Pengusaha Paling Inspiratif di Bidang Teknologi dari majalah Forbes. Fransiska berhasil mematahkan maskulinitas di dunia teknologi.
ANNY DIVYA, KAPTEN PILOT WANITA TERMUDA DI DUNIA
Cita-cita menjadi seorang pilot sudah dicanangkan Divya sejak kecil. Namun di tanah kelahirannya Vijayawada—sebuah kota kecil di pinggiran India—pilot dinilai bukan profesi yang pantas untuk perempuan. Untunglah ia punya orang tua yang mendukung setiap langkahnya.
Divya masuk sekolah penerbangan pada usia 17 tahun dan merasa minder karena sebagian besar temannya adalah anak pilot, sementara ia sama sekali tidak punya latar belakang dan pengetahuan tentang penerbangan. Namun Divya menjadikan kondisinya itu sebagai tantangan dan dorongan motivasi untuk tetap fokus pada impiannya. Dua tahun kemudian Divya lulus dan diterima bekerja di maskapai terbesar di India, Air India. Di usia 30 tahun, Divya mencetak rekor dunia sebagai kapten pilot wanita Boeing B777 termuda di dunia.
BONG JOON-HO, SUTRADARA KORSEL PERTAMA PERAIH OSCAR
Passion-nya di dunia seni sudah mulai muncul sejak usia lima tahun karena Joon-ho sering melihat ayahnya yang berprofesi desainer grafis menggambar. Darah seni ayahnya menurun kepada dirinya dan ia pun mulai menggambar komik dan
storyboard. Merasa yakin akan
skill-nya, di usia 14 tahun Joon-ho pun merilis cita-citanya: menjadi sutradara. Dan itulah yang ia fokuskan sepanjang hidupnya kelak.
Semasa kuliah, pria kelahiran 14 September 1969 ini mendirikan sebuah klub film bersama teman-teman mahasiswanya dan membuat beberapa film pendek. Ia juga menggali ilmu perfilman di mana-mana. Joon-ho pun mantap berkarier di dunia perfilman meski sempat mengalami kesulitan hidup selama 10 tahun dengan pendapatan minim.
Beberapa film layar lebar garapannya pun sukses di dalam negeri. Dan puncak sukses Joon-ho adalah film
Parasite yang menjadi film berpendapatan tertinggi di Korsel, menang di Cannes Festival 2019, dan bahkan menyabet 4 piala Oscar 2020. Ia juga menjadi sutradara Korsel pertama peraih Oscar.
FRANK WANG, PENDIRI DJI TECHNOLOGY
Pria Hong Kong kelahiran tahun 1980 ini sudah terobsesi menjelajah langit sejak kecil karena suka dengan komik bertema penerbangan dan kecewa mendapatkan hadiah sebuah helikopter remote control yang selalu terjatuh dari orang tuanya.
Pada tahun 2003 Wang masuk kuliah di Hong Kong University of Science and Technology untuk memper-kaya ilmu dan memantapkan passion-nya di sana setelah ditolak di beberapa universitas favorit. Dalam salah satu tugas kuliahnya, Wang membuat projek pesawat tanpa awak alias drone dan mendapat nilai buruk. Tapi ia tidak patah semangat. Modal 2.000 dollar untuk membuat pesawat itu justru kembali tiga kali lipat karena ia mampu menjualnya dengan harga 6.000 dollar.
Dari situlah ide untuk mendirikan DJI Technology muncul, yang terus berkembang pesat dan kini mengendalikan lebih dari 70 persen pasar drone komersial secara global. Wang pun menjadi salah satu orang terkaya di dunia dalam bidang teknologi dengan kekayaan bersih mencapai 9,1 miliar dollar AS.